-->

Kamis, 23 Mei 2013


KATA PENGANTAR

            Pertama-tama penulis mengucapkan puji dansukur atas kehadiran Allah SWT, karena hanya dengan bimbingan dan petunjuknNya dapatdiselesaikanya penulisan Makalah dengan judul “ Pentingnya Hubungan yang Baik Antara Keluarga Dan Sekolah terhadap Proses Sosialisasi Anak ”.
Meskipun diakui sudah cukup banyak fariasi sumber dan literature, penulis menyadari betul bahwa apa yang disajikan dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangannya, baik menyangkut isi maupun penulisan. Kekurangan-kekurangan tersebut terutama disebabkan kelemahan dan keterbatasan pengetahuan serta kemampuan penulis sendiri, baik disadari maupun tidak. Hanya dengan kearifan dan bantuan dari berbagai pihak untuk memberikan teguran, saran, dan kritik yang konstruktif, sehingga dapat menyempurnakan makalah ini. Selain untuk memenuhi tugas sosiologi pendidikan, semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat dan ridho dari Allah. Amin.


  
                                                                                                          Pekanbaru, 02 juni 2011
                                                                               Penulis,


                                                                         
BAB I
PENDAHULUAN
 A. LATAR BELAKANG

Sosialisasi merupakan proses alamiah yang membimbing individu untuk mempelajari, memahami dan memperaktikkan nilai-nilai. Sosialisasi memiliki urgensi yang begitu kuat terhadap keberlangsungan pendidikan bagi individu sebagai anggota masyarakat. Sebagaimana yang kita ketahui, bahwasanya keluarga merupakan jalur pendidikan informal yang pertama dan yang paling utama bagi seorang anak dalam memperkenalkan proses sosialisasi. Selain itu juga anak akan melalui jalur pendidikan formal yang biasa disebut dengan sekolah. Sekolah juga memegang perana penting dalam  proses sosialisasi anak, walaupun sekolah hanya merupakan salah satu lembaga yang bertanggung jawab atas pendidikan anak. Namun anak akan mengalami perubahan tingkah laku sosialnya setelah ia masuk ke sekolah.
Mengingat akhir-akhir ini sering terjadi permasalahan, terutama mengenai hubungan antara pihak sekolah dan orang tua siswa yang menganggap bahwa sekolah kurang becus dalam mendidik anak-anak mereka. Mereka selalu menyerahkan mesalah pendidikan anak mereka sepenuhnya kepada pihak sekolah tanpa adanya campur tangan dari mereka sendiri. Terkadang merekapun seakan enggan untuk diajak membahas mengenai perkembangan anak mereka di sekolah. Seharusnya para orang tu tidak boleh lepas tangan begitu saja terhadap sekolah. Keluarga merupakan yang paling pertama dan utama dalam pendidikan anak. Karena seperti yang kita ketahui, sekolah merupakan lingkungan pendidikan yang kedua setelah keluarga. Di sini kita tidak bisa menyalahkan salah satu pihak begitu saja kalau anak kita memiliki perilaku yang kurang baik, untuk itu perlunya pihak sekolah dan orang tua menjalin hubungan kerjasama. Dan pada makalah ini kami akan mengemukakan fenomena-fenomena yang terjadi dan penyebabnya serta akan mencoba mengemukakan solusi yang bias menjad penyelesaian.

 B. TUJUAN

Keluarga merupakan lingkungan pendidikan informal yang pertama dan yang paling utama dalam proses sosialisasi anak. Selain itu juga sekolanh yang merupakan lingkungan pendidikan formal, memegang peranan penting dalam proses sosialisasi anak. Untuk iytu kedua lingkungan pendidikan ini, baik formal maupun informal tidak dapat berdiri sendiri dan harus terintegrasi dengan melakukan hubungan kerjasama yang baik antara pihak sekolah dengan orang tua. Agar tidak terjadi kesalah pahaman maupun jurang pemisah antara sekolah dan keluarga.
 Pada pembahasan makalah ini, penulis mengemukakan fenomena-fenomena yang terjadi dan penyebabnya serta akan mencoba mengemukakan solusi yang bisa menjadi penyelesaian terhadap permasalahan yang terjadi. Hal ini tentu saja agar terciptanya lingkungan pendidikan yang seimbang dan tidak terjadinya pemisahan dalam mewujudkan pendidikan anak yang selama ini dianggap bahwa bertumpu hanya pada pendidikan formal saja anak mendapat pendidikan, padahal tidak cukup dengan itu saja.
  

BAB II
PEMBAHASAN
 A. PENDEKATAN DALAM SOSIOLOGI

          Sosiologi pada hakekatnya bukanlah semata-mata ilmu murni (pure science) yang hanya mengembangkan ilmu pengetahuan secara abstrak demi usaha peningkatan kualitas ilmu itu sendiri, namun sosiologi itu bias menjadi ilmu terapan (applied science) yang menyajikan cara-cara untuk mempergunakan pengetahuan ilmiahnya guna memecahkkan masalah praktis atau masalah social yang perlu di tanggulangi[1].
          Kekhususan sosiologi adalah bahwa perilaku manusia selalu dilihat dalam kaitannya dengan struktur-struktur kemasyarakatan dan kebudayaan yang di miliki, dibagi, dan ditunjang bersama. Masyarakat, komonitas, keluarga, perubahan gaya hidup, struktur, mobilitas social, konflik, integrasi social, dan sebagainya adalah sejumlah contoh yang memperlihatkan betapa luasnya ruang kajian sosiologi[2].
          Sosialisasi merupakan salah satu topik kajian yang dipelajari secara serius dalam studi sosiologi. Sosialisasi itu sendiri adalah proses alamiah yang membimbing individu untuk mempelajari, memahami dan memperaktikkan nilai-nilai, norma-norma, pengetahuan serta keterampilan yang dimiliki oleh masyarakat. Proses sosialisasi membawa sesorang dari keadaan yang belum tersosialisasi menjadi masyarakat yang beradab. Melalui sosialisasi, sesorang berangsur-angsur mengenal persyartan-persyaratan dan tuntutan-tuntutan hidup di lingkungan budayanya.
          Dalam studi sosiologi para teoritikus mengemukakan beberapa teori sosialisasi yang menjelaskan cara melakukan sosialisasi, di mana cara-cara tersebut merupakan proses komunikasi social dan komunikasi antar budaya yang selama ini sekaligus menjadi medium dari interaksi.
1.      Kooperasi
          Kooperasi berasal dari dua kata latin , co yang berarti bersama-sama, dan operani yang berarti bekerja. Kooperasi dengan demikian berarti bekerja sama. Kooperasi merupakan perwujudan minat dan perhatian orang untuk bekerja bersama-sama dalam suatu kesepahaman, sekalipun motifnya sering dan bias tertuju kepada kepentingan diri sendiri.
2.      Akomodasi
Akomodasi adalah suatu proses kearah tercapainya persepakatan sementara yang dapat diterima kudua belah pihak yang tengah bersengketa. Akomodasi terjadi pada orang-orang atau kelompok-kelompok yang mau tak mau harus bekerja sama, sekalipun dalam kenyataannya mereka masing-masing selalu memiliki paham yang berbeda atau bertentangan.
3.      Asimilasi
     Asimilasi merupakan proses yang lebih berlanjut apabila dibandingkan dengan proses akomodasi. Pada proses asimilasi terjadi proses peleburan kebudayaan, sehingga pihak-pihak atau warga-warga dari 2 atau 3 kelompok yang tengah berasimilasi akan merasakan adanya kebudayaan tunggal yang dirasakan sebagi milik bersama[3].
4.      Integrasi
     Intergrasi adalah suatu tahap maupun rangkaian upaya sistemik drai seorang individu untuk mengorganisasikan hasil-hasil integrasi mutualistik antara kepentingan-kepentingan tersebut ke dalam suatu konteks kepribadian yang selaras dengan lingkungan luarnya.
Penyesuaian individu dalam dunia sosialnya memiliki beberapa teori, yakni :
1.      Teori sosialisasi pasif
     Dari Talcot parson, 1959 dalam liliweri ( 2001 ) yang mengemukakan bahwa sosialisasi merupakan bagian dari perspektif fungsionalisme. Sosialisasi seperti belajar berlangsung terus menerus selama hidup namun proses yang paling dramatis dikaitkan dengan anak didik. Jadi, ada proses yang mengharuskan perubahan terhadap struktur kepribadian dasar. Di satu pihak, tuntutan anak didik harus diubah namaun dilain pihak anak didik masih bergantung pada ketergantungan dalam struktur dan fungsi, misalnya fungsi keluarga.
2.      Teori sosialisasi aktif
     Menurut Mead dalam liliweri, manusia tidak saja menilai respon nilai baru tetapi menciptakan peranannya dalam kondisi material dimana dia hidup agar bias sukses merespon hal baru. Kondisi itu hanya bisa dibentuk melalui proses interaksi dengan orang lain.
3.      Teori sosialisasi radikal
     Sosialisasi ini berlangsung dalam masyarakat yang berlapis-lapis. Konsep ini mengacu pada hegemoni gramsci mengemukakan bahwa kemampuan kelompok dominan selalu berusaha untuk mempertahankan statusnya.
  
B.     MEDIA SOSIALISASI
                                                                                                          
     Media sosialisasi merupakan tempat dimana sosialisasi itu terjadi atau disebut juga sebagai agen sosialisasi ( agen of sosialigition ) atau sarana sosialisasi. Yang dimaksud dengan agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang membantu seorang individu menerima nilai-nilai atau tempat dimana seorang individu belajar  terhadap segala sesuatu yang kemudian menjadikannya dewasa. Berikut beberapa media sosialisasi beserta fungsi dan perannya.
1.      Keluarga
          Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan. Juga dikatakan lingkungan yang utama, karena sebagian besar dari kehidupan anaka adalah di dalam keluarga[4]. Tugas utama dari keluarga bagi pendididkan anak adalah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan.
          Keluarga merupakan institusi yang paling penting pengeruhnya terhadap proses sosialiasasi manusia. Segi penting dari proses sosialisasi dalam kelurga ialah bagaimana orangtua dapat memberikan motivasi kepada anak agar mau mempelajari pola perilaku yang diajarkan kepadanya. Proses sosialisasi dalam keluarga dapat dilakukan baik secra formal maupun informal. Proses sosialisasi formal dikerjakan melalui proses pendidikan dan pengajaran, sedangkan proses sosialisasi informal dikerjakan lewat proses interaksi yang dilakukan secara tidak sengaja. Antara proses sosialisasi formal dan proses sosialisasi informal sering kali menimbulkan jarak dikarenakan kurang adanya kerjasama maupun hubungan social antara proses pendidikan formal dan informal[5].

Fungsi keluarga
          Berdasarkan pasal 1 UU perkawinan nomor 1 tahun 1974 dinyatakan bahwa perkawinana adalah ikatan lahir dan batin antara pria dan wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan sejahtera berdasrka ketuhanan yang maha Esa. Adapun fungsi keluarga disini yaitu memelihara dan mendidik anggota keluarganya dengan sebaik-baiknya  dan terus berlanjut sampai ia dapat mandiri. Selain itu keluarga merupakan tempat belajar bagi anak dan merupakan wadah bagi anak dalam konteks konteks proses belajarnya untuk mengembangkan dan membentuk diri dalam fungsi social.

Peran keluarga
          Dilihat dari segi pendidikan, keluarga merupakan suatu kesatuan hidup ( system social ), dan keluarga menyediakan situasi belajar. Ikatan kekeluargaan membantu anak mengembangkan sifat persahabatan, cinta kasih, hubungan antar pribadi, kerjasama, disiplin, tingkahlaku yang baik, serta pengakuan akan kewibawaan[6].
          Dalam rangka pelaksanaan pendidikan nasional, peranan keluarga sebagai lembaga pendidikan semakin tampak dan penting. Peran keluarga terutama  dalam penanaman sikap dan nilai hidup, pengembangan bakat dan minat serta pembinaan bakat dan kepribadian. Keluarga juga mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap pendidikan anaknya yang lebih bersifat pembentukan watak dan budipekerti, latihan keterampilan dan pendidikan kesosialan, sepeti tolong-menolong, bersama-sama menjaga kebersihan rumah, menjaga kesehatan dan ketentraman rumah tangga dan sebagainya[7].

2.      Sekolah
Sekolah merupakan media sosialisasi yang lebih luas dari keluarga. Sekolah memegang peranan yang cukup penting dalam proses sosialisasi anak, walaupun sekolah merupakan hanya salah satu lembaga yang bertanggung jawab atas pendidikan anak. Sekolah mempunyai potensi yang pengaruhnya cukup besar dalam pembentukan sikap  dan perilaku seseorang anak, serta mempersiapkannya untuk penguasaan peranan-peranan baru di kemudian hari dikala anak atau orang tidak lagi menggantungkan hidupnya pada orang tua atau keluarganya[8].
 Anak akan mengalami suasna yang berbeda di sekolah. Ia bukan lagi anak yang istimewa yang diberi perhatian khusus oleh ibu guru, melainkan hanya salah seorang diantara puluhan murid lainnya di dalam kelas. Berbeda dengan sosialisasi dalam keluarga di mana anak masih dapat berharap bantuan dari orang tua dan acap kali memperoleh perlakuan khusus di sekolah anak dituntut untuk bias bersikap mandiri dan senantiasa memperoleh perlakuan yang tidak berbeda dari teman-temannya. Di sekolah anak juga akan banyak belajar bahwa untuk mencapai prestasi yang baik, maka yang diperlukan adalah kerja keras. Kurikulum pelajaran di sekolah relative beragam, semuanya menuntut kegigihan sendiri-sendiri[9].

Fungsi sekolah
     Mengenai fungsi sekolah seperti yang dipaparkan oleh suwarno dalam bukunya Pengantar Umum Pendidikan  adalah sebagai berikut[10]:
a.    Mengembangkan kecerdasan pikiran dan memberikan pengetahauan, disamping bertugas untuk mengembangkan pribadi anak didik secara menyeluruh. Fungsi sekolah dalam pendidikan intelektual dapat disamakan dengan fungsi keluarga dalam pendidikan moral.
b.      Spesialisasi sebagai konsekuensi makin meningkatnya kemajuan masyarakat. Sekolah memiliki fungsi sebagai lembaga social yang spesialisasinya dalam bidang pendidikan dan pengajaran.
c.       Efisiensi sekolah sebagai pelaksanaan pendidikan dan pengajaran dalam masyarakat.
d.      Konservasi dan transmisi cultural, merupakan fungsi lai dari sekolah yaitu memelihara warisan budaya yang hidup dalam masyarakat dengan jalan menyampaikan warisan kebudayaan pada generasi muda.
e.       Transisi dari rumah ke masyarakat dengan mendapat kesempatan untuk melatih mandiri dan bertanggung jawab sebagai persiapan sebelum ke masyarakat.

Peran sekolah
     Dalam Undang-Undang nomor 20 tenrang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa jalur pendidikan sekolah ( formal ) merupakan jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang (pasal 1 ayat 10). Peranan sekolah sebagai lembaga yang membantu lingkungan keluarga, maka sekolah bertugas mendidik dan mengajar serta memperbaiki dan memperhalus tingkah laku anak didik yang dibawa dari keluarganya. Sementara dalam perkembangan kepribadian anak didik, peranan sekolah dengan melalui kurikulum, antar lain yaitu[11]:
a.       Anak didik belajar bergaul sesame anak didik antara guru dengan anak didik dan antara anak didik dengan orang yang bukan guru.
b.      Anak didik belajar menaati peraturan – peraturan sekolah
c.       Mempersiapkan anak didik untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi agama , bangsa dan Negara.

C.    MASALAH SOSIAL DALAM KELUARGA

     Dua masalah social yang biasa dialami dan terjadi dalam keluarga manapun di dunia adalah broken home dan perceraian. Semua orang menganggap bahwa perkawinan itu merupakan hal yang sacral dan di berkati oleh kaum ulama dan biasanya berakhir hanya dengan kematian. Salah satu factor yang menpengaruhi jalannya fungsi-fungsi keluarga adalah kebutuhan dari keluarga. Keluarga yang broken home akan sering terjadi percekcokan di antara orang tua dan sikap saling bermusuhan disertai tindakan-tindakan yang agresif, maka dengan sendirinya keluarga yang bersangkutan akan mengalami kegagalan-kegagalan dalam menjalankan fungsi-fungsi keluarga yang sebenarnya.
     Selain itu masalah social lain dalam keluarga adalah perceraian yakni putusnyasuatu perkawinan akibat dari salah satu meninggal atau bercerai. Akibat dari perceraian sangat dirasakan oleh keluarga inti, akan terasa sekali dampak negatifnya yaitu berpengaruh terhadap sosialisasi anak, pembagian harta warisan, masalah kasih saying keluarga dan lain sebagainya[12].
     Adapula masalah social yang terdapat dalam lingkungan sekolah seperti orang tua yang selalu protes terhadap sekolah dikasrenakan anaknya tak sesuai dengan yang ia harapkan. Hal ini terjadi karena orang tua selalu menyerahkan pendidikananaknya sepenuhnya kepada sekolah tanpa ikut sertanya orang tua di dalamnya. Sehingga sekolah, terutama guru selalu dijadikan kambing hitam oleh para orang tua.

D.    PENTINGNYA HUBUNGAN ANTARA KELUARGA DAN SEKOLAH

     Di dalam pendidikan, seorang anak tidak akan pernah terlepas dari tiga jalur yaitu jalur pendidikan informal, formal, nonformal. Untuk itu dalam mewujudkan suatu pendidikan yang berkualitas harus bisa mengintegrasikan ketiga jalur ini. Terutama hubungan yang baik antara sekolah dan keluarga. Seperti yang kita ketahui, seandainya di dalam keluarga memiliki masalah otomatis anak akan membawanya ke sekolah. Sedangkan seorang guru belum tentu mengerti. Untuk itu orang tua perlu melakukan hubungan dan komunikasi yang baik terhadap sekolah agar anak mereka bias melakukan pendidikan dan proses sosialisasi secara sempurna.

1.      Kerjasama antara keluarga dengan sekolah
     Dalam UU No.2 tahun 1989 tentang system pendidikan nasional pasal 10 ayat 4 dinyatakan bahwa pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan yang memberikan keykinan agama, nilai budaya, nilai moral, dan keterampilan. Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Sekolah hanyalah membantu kelanjutan pendidikan dalam keluarga sebab pendidikan yang pertama dan utama diperoleh anak adalah dalam keluarga. Peralihan bentuk pendidikan jelur luar sekolah ke jalur pendidikan sekolah memerlukan kerja sama antara orang tua dan sekolah[13].
     Sikap anak terhadap sekolah terutama akan dipengaruhi oleh sikap orang tuanya. Hal ini sangat perlu diperhatikan, mengingat akhir-akhir ini sering terjadi tindakan-tindakan tidak terpuji yang dilakukan anak didik, sementara orang tua seolah-olah tidak mau tahu, bahkan cenderung menimpakan kesalahan kepada sekolah.
     Orang tua harus memperhatikan sekolah akannya, yaitu dengan memperhatikan pengalaman-pengalamannya danmenghargai segala usahanya. Begitu juga orang tua harus menunjukan kerjasamanya dalam mengarahkan cara anak belajar di rumahnya, memotivasi dan membimbing anak dalam belajar.

2.      Pentingnya komunikasi social
     Komunikasi berasal dari kata latin, yaitu kommunicatio, artinya : hal memberitahukan, pemberitahuan,hal member bagian dalam, pertukaran. Kata social berasal dari bahasa Latin, yaitu socius yang artinya teman atau kawan. Dengan demikian komunikasi social dapat diartikan secara umum sebagai suatu bentuk interaksi antar individu atau kelompok yang dilakukan dengan cara ferbal maupun nonferbal, dengan maksud untuk menyampaikan suatu pesan, dengan cara yang dapat dipahami oleh kedua belah pihak dan yang mampu menghasilkan tanggapan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.
      Selain makna komunikasi terdapat beberapa peranan penting dalam komunikasi antar pribadi dalam rangka menciptakan hubungan social. Johnson ( dalam supratiknya ,1999) menyebutkan beberapa peranan tentang pentingnya komunikasi social[14] :
a.    Membantu perkembangan intelektual dan social seseorang.
b.    Dalam dan melalui komunikasi dengan orang lain seseorang semakin mengenal dirinya dan membentuk identitas dirinya.
c.    Memperbaiki pemahaman seseorang mengenai suatu hal, lingkungan realitas atau dunia sekitar.
d.   Memperbaiki kesehatan mental yang ditentukan kualitas komunikasi atau hubungan seseorang dengan orang lain.

E.  PENGARUH KELUARGA-SEKOLAH TERHADAP INDIVIDU

     Proses sosialisasi individu mengidentivikasi dirinya sesuai dengan perkembangan fisik dan emosinya untuk diarahkan pada hubungan keselarasan dengan lingkungan eksternalnya. Pendekatan-pendekatan yang dikembangkan oleh ahli-ahli ilmu sosialdi atas sudah cukup menjelaskan bahwa hasil pembentukan kepribadian merupakan wujud dari dunia luar.
      Seiring dengan perkembangan fisik biologisnya individu mendapat perlakuan yang sangat intensif untuk mengembangkan fungsi-fungsi fisik serta kemampuan-kemampuan mental etis yang paling mendasar dari keluarga. Wujud dari pengaruh timbale-balik antara sekolah dan keluarga dalam suatu masyarakat terhadap individu dapat diilustrasikan sebagai berikut.
a.  Anak sebagai individu
b. Anak sebagai murid sekolah
c.  Anak sebagai anggota keluarga

     Dalam perkembangan yang lebih lanjut ketika sang individu sudah cukup memiliki kemampuan untuk melangsungkan aktivitas-aktivitas mendasar sebagi manusia. Ia lalu memasuki suatu wilayah kehidupan luar dari keluarganya, yakni lingkungan sekolah. Di dalam sekolah perkembangan kemampuan tidak terbatas pada akomodasi kemampuan-kemampuan semata. Namun disitu juga telah terbina suatu ruang sosialisasi yang lebih luas dengan memiliki perangkat-perangkat yang cukup lengkap.
     Kedua lembaga social tersebut selalu beriringan mengisi setiap waktu kehidupan individu dalam aktivitas kesehariannya dengan spesifikasi yang berbeda-beda. Kelurga bertugas menjalankan sosialisasi nilai-nilai dasar kemanusiaan dalam pola hubungan yang afektif. Sementar sekolah lebih menekankan pada proses pembelajaran, pengajaran, serta penempaan kepada individu yang berisi tentang ilmu pengelatahuan, keterampilan,  penguasaan-penguasaan peran-peran social yang lebih luas di luar keluarga. Kedua peren pembentukan tersebut lalu membentuk peran individu dalam masyarakat tempat atau wilayah dimana individu itu berada, baik dalam skala mikro maupun makro. 

BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
          Dalam studi sosiologi para teoritikus mengemukakan beberapa teori sosialisasi yang menjelaskan cara melakukan sosialisasi, di mana cara-cara tersebut merupakan proses komunikasi social dan komunikasi antar budaya yang selama ini sekaligus menjadi medium dari interaksi, yaitu:
1.      Kooperasi
2.      Akomodasi
3.      Asimilasi
4.      Integrasi
     Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan. Juga dikatakan lingkungan yang utama, karena sebagian besar dari kehidupan anaka adalah di dalam keluarga. Tugas utama dari keluarga bagi pendididkan anak adalah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan.
     Sekolah merupakan media sosialisasi yang lebih luas dari keluarga. Sekolah memegang peranan yang cukup penting dalam proses sosialisasi anak, walaupun sekolah merupakan hanya salah satu lembaga yang bertanggung jawab atas pendidikan anak. Sekolah mempunyai potensi yang pengaruhnya cukup besar dalam pembentukan sikap  dan perilaku seseorang anak.
Kedua lembaga social tersebut selalu beriringan mengisi setiap waktu kehidupan individu dalam aktivitas kesehariannya dengan spesifikasi yang berbeda-beda. Kelurga bertugas menjalankan sosialisasi nilai-nilai dasar kemanusiaan dalam pola hubungan yang afektif. Sementar sekolah lebih menekankan pada proses pembelajaran, pengajaran, serta penempaan kepada individu yang berisi tentang ilmu pengelatahuan, keterampilan,  penguasaan-penguasaan peran-peran social yang lebih luas di luar keluarga.
Dengan keterpaduan antara kedua lingkungan social ini, maka akan memberikan efek yang positif terhadap proses sosialisasi anak. Secara tak langsung harus terjadinya komunikasi dan hubungan social yang baik antara sekolah dan orang tua agar orang tua tidak sepenuhnya menyalahkan pihak sekolah jika anaknya melakaukan hal yang diluar aturan dan lain sebagainya, begitu pula sebaliknya.


DAFTAR PUSTAKA

Atosokhi, Antonius, dkk. 2004. Character Building II Relasi dengan Sesama. Jakarta: PT. Gramedia.

Hasbullah. 2009. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Horton, Paul B, & Chester L. Hunt. 1991. Sosiologi. Jakarta: Erlangga.
Ihsan, Fuad. 2008. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Narwoko, J Dwi, & Bagong Suyanto. 2010. Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan. cetakan ketiga.  Jakarta: Kencana.



[1] Paul B Horton, & Chester L. Hunt, Sosiologi. (Jakarta: Erlangga, 1991) halaman 41.
[2] J. Dwi Narwoko-Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan, ( Jakarta; Kencana. 2010) Cetakan ketiga, halaman 2-3.
[3] Ibid, halaman 58-63.
[4] H. Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan. (Jakarta; Rineka Cipta, 2008) halaman 57.
[5] J. Dwi Narwoko-Bagong Suyanto ,Op. Cit., halaman 92-93.
[6] Kewibawaan ialah pengakuan dan penerimaan secara suka rela terhadap pengaruh atau anjuran yang dating dari orang lain.
[7] H. Fuad Ihsan, Op. Cit., halaman 58.
[8] J. Dwi Narwoko-Bagong Suyanto ,Op. Cit., halaman 94-95.
[9] Ibid, halaman 94.
[10] Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. (Jakarta; Rajawali Pers, 2009) halaman 50.
[11] Ibid, halaman 49.
[12] J. Dwi Narwoko-Bagong Suyanto ,Op. Cit., halaman 237-239.
[13] Hasbullah, Op. Cit., halaman 90.
[14] Antonius Atosokhi, dkk., Character Building II Relasi dengan Sesama, (Jakarta, PT. Gramedia, 2004) halaman 113-114.




Baca Artikel Terkait: